Pic by Irine Rachman Rais
Daun berembun, serta pupusan putih buih seraya turun melambai tanah. Begitu dingin, begitulah kiranya suasana halaman rumah yang berpagar tanaman itu.
Seorang yang begitu cantik dengan keranjang bunga di tangannya berjalan menepi ke riunan ranting yang menjulang hingga keluar halaman. Tak heran jika sepanjang jalan dari pintu pagar hingga ke depan rumahnya harum dipenuhi dengan bunga-bunga hiasannya.
Sore itu, sebuah mobil melintas sejenak berhenti tepat di depan pintu pagar. Seorang lelaki gagah masih lengkap dengan dasi dan sepatu kulitnya, nampak Ia baru dari aktifitas kerjanya.
"Ayu,,,!?!", lelaki itu menyelinap masuk, membuka gerbang tanpa terlebih dahulu meminta ijin untuk memperbolehkannya masuk.
"Dinar!!! Kau,,, Kau, Bagaimana kau bisa tau rumahku?!?!", kecap ayu sedikit terbata. Melihat lelaki tegap yang memang tak asing baginya. Lama tidak bertemu, sampai akhirnya sekarang berada di depannya.
"Ayu, sudah lama Aku mencarimu. Maaf kalau Aku lancang, tanpa memberitahumu dan Aku langsung ke sini"
"Tapi bagaimana Kau bisa kesini, apalagi sekarang. Datang bukan di saat yang tepat", Ayu meletakkan keranjang bunganya dan berlari masuk ke rumah.
"Aku ngga akan sia-siakan waktuku setelah sekian lama Aku mencarimu. Aku akan tetap di sini hingga Kau mau menemuiku", Teriak Dinar seraya mengejar Ayu yang terlebih dahulu mengunci pintunya.Tak lama kemudian, seorang lelaki bertubuh besar keluar dari rumah itu.
"Dinar!!!, apa ngga baik kalau Kau duduk sini sebentar. Bapak mau bicara", laki-laki yang tak lain adalah bapak dari Ayu itu pun segera mempersilahkan Dinar untuk duduk di teras rumah yang begitu besar itu.
"Perlu Kau ketahui, ngga lama lagi Ayu akan menikah dengan Bayu kawan Ayu kuliah dulu. Nah yang disayangkan Bapak, kenapa Nak Dinar malah datang sekarang. Berilah Ayu kesempatan untuk memilih jalan hidupnya", Bapak Ayu menasehati Dinar. Hingga akhirnya Dinar pun pergi setelah sebelumnya berpamitan, mencium tangan Bapak.
masih ada perasaan
dari cinta masa lalu
kini kita saling sendiri
kini kita bertemu lagi
cinta yang hilang
cinta yang kembali
ketuk pintu hati yang sepi
kan ku buka sepenuh hati
cinta yang hilang
datang dan kembali
ketuk pintu hati yang sepi
kan ku buka sepenuh hati
Vidi Aldiano~ Datang dan Kembali
Hari pun mulai gelap, terlihat Ayu pun belum keluar dari kamarnya. Terlihat menangis, hingga Bapak pun menyuruh Ibu untuk menemani Ayu sambil menghibur.Keesokan harinya, nampak terlihat rapi dengan seragam kantornya.
Ayu pun bergegas menuju mobilnya untuk segera berangkat ke kantornya yang lumayan jauh hingga menempuh 1jam perjalanan menuju kantornya. Segala aktifitas Ayu kerjakan seperti biasanya hingga saatnya jam pulang, Lagi-lagi Ayu terkejut dengan kedatangan Dinar yang telah siap dengan bunga di tangannya menyambut Ayu yang hendak pulang. Tanpa pikir panjang, Ayu pun berlari menuju mobilnya.
"Beri aku waktu untuk bicara, Yu!!", teriak Dinar yang lantas sedikit menjadi perhatian teman-teman sekantornya yang hendak pulang juga."Oke, satu kesempatan dan Aku hanya memberimu ngga lebih dari satu jam untuk menjelaskan semua apa yang akan Kau katakan", Ayu terisak dalam tangisnya, memperbolehkan Dinar ikut masuk ke dalam mobilnya dan mereka pun bergegas pergi.
Pepohonan yang riuh, jalan yang menanjak, suasana yang dingin, tak terasa Ayu membawa mobilnya hingga ke suatu tempat yang begitu jauhnya dari jalan yang seharusnya Ia tuju untuk pulang. Selama perjalanan tadi, Dinar cerita begitu banyak. Dari awal Ia bertemu Ayu, masa mereka pernah jalan dulu, nonton bioskop, makan berdua, hingga sampailah cerita mereka berdua saat camping di bukit lubuk linggau.
"Apa Kau tidak menginginkan itu lagi, Yu?!", kata Dinar yang masih berusaha menenangkan Ayu.
"Mas,,,, tapi 2 bulan lagi aku akan menikah. Mas Bayu sudah melamarku", isak Ayu berusaha menjelaskan.
"Aku tau kamu masih sayang Aku, Yu. Ingat, saat kita berdua di linggau. Aku telah berjanji kepadamu untuk menjadi orang yang sukses. Punya mobil, punya rumah, dan,,, sekarang Aku dapatkan semua itu. Hanya untuk Kamu, Yu"
"Tapi kenapa Mas Dinar menghilang begitu lama!?!?", potong Ayu sembari menghentakkan kepalanya ke kemudi.
"Maafin Mas harus berbuat itu, tapi kan akhirnya Mas jadi seperti ini, dan masih ingat Ayu. Saat itu pula, Ayu sudah menyerahkan segalanya buat Mas"
"Cukup!!! Jangan teruskan!!!", Potong Ayu lagi, ucapan tadi mebuat tangisan Ayu semakin keras. Hanya saja mereka berada di jalan yang sepi hingga tidak ada seorang pun yang mengetahui keberadaan mereka di bukit itu."Yu, Aku sayang Kamu, batalkan pernikahanmu dengan Bayu", ucap Dinar memelas. Tatapan tajam tertuju ke mata wanita yang mulai bercucuran air mata. Mereka saling berpandangan. Dinar membelai rambut Ayu, mengusap pipinya hingga tak lama kemudian Ayu pun jatuh ke pelukan Dinar. Tanpa pikir panjang, segera Dinar membuka klop kursi depannya, melewati sela-sela kursi menuju ke kusri belakang, dengan tangan seraya manis memegang lembut tangan Ayu.
"Mas kangen saat itu, Yu!!!", Dinar merayu, hingga akhirnya mereka berdua terikat dalam lingkaran yang tak seharusnya mereka lakukan, di bangku belakang, seperti yang mereka lakukan di Linggau. Iyah, meeka pun mengulanginya lagi. Perbuatan yang seharusnya tidak mereka lakukan, terlebih lagi sebentar lagi Ayu akan melangsungkan penikahan.
Tak lama kemudian mereka pun pulang. Mereka berpisah di kantor Ayu, tempat Dinar menaruh mobilnya yang masih terparkir di kantor Ayu. Selang berapa saat, Ayu mengambil hape dalam tasnya. Entah apa yang ada dipikirannya hingga Ia menuliskan
"Maafin Ayu, Mas. Ayu bukan orang yang pantas untuk Mas Bayu. Lupakan Ayu",
Ayu bergegas pergi hingga sebelumnya Ia kirimkan pesan itu untuk orang yang jelas-jelas sudah menetapkan jadwal pernikahan mereka itu dan segera mematikan hapenya dengan harapan tak ingin membaca pesan-pesan yang bakal nantinya Ia terima.
Sesampainya di rumah, Ayu segera menemui kedua orang tuanya mengatakan sejujurnya apa yang telah terjadi. Ayu memutuskan untuk tinggal bersama Dinar. Tak heran jika kemarahan yang akhirnya terjadi di rumah yang biasanya tenang, yang seharusnya harum oleh wewangian bunga.
"Ayu, apa kau tau akibat dari apa yang telah Kau perbuat?! Apa kata orang nanti kalau Kau membatalkan pernikahan ini?!"
"Tapi, Yah. Ayu bingung, Ayu sayang Mas Bayu. Tapi Ayu ngga mau kehilangan Mas Dinar", isak Ayu.
Dalam kegalauannya. Sementara itu sang Ibu beranjak dari tempat duduknya menghampiri Ayu. Sosok ibu yang penyayang, tau pasti apa yang dirasakan anak semata wayangnya itu. "Sudah lah, Pak. Biarlah Ayu ini memilih jalan hidupnya sendiri. Kita sebagai orang tua, walaupun malu tapi kita ngga boleh memaksakan kehendak anak kita sendiri", terang ibu sesaat setelah sang Ayah belum sempat membuka mulutnya untuk berkata. Sejenak suasana begitu hening. Sang ayah masih berdiri dengan nampak wajah yang memerah melihat keluar jendela.
"Ayu istirahat dulu ya, Bu. Ayu mau istirahat", lantas ayu pamit berlalu meninggalkan kedua orang tuanya itu dalam ruang yang melaju gelap. Malam berlalu, hingga saatnya saatnya ketukan pintu terdengar memecah keheningan sore di rumah itu. sang ayah yang masih dalam posisinya sejenak raut wajah ketakutan. Seolah angin badai sedang menerjang di luar sana, sesuatu yang buruk akan terjadi. Ibu mengendap menyelinap dari belakang sang ayah. Benar juga, terlihat Mas Bayu dengan segenggam bunga telah duduk di bangku terar rumah.Sang ibu lalu bergegas menuju kamar Ayu.
"Yu, ada Mas Bayu diluar, temuilah dulu"Tanpa meminta izin, Ibu langsung masuk, terlihat Ayu masih dengan baju kerjanya tengah asyik menelfon seseorang. Ibu pun tak menghiraukan dengan siapa Ayu sedang menelfon.
"Yu, keluar dulu! Ada Mas Bayu"
Setelah beberapa lamanya akhirnya Ayu menutup telfonnya.
"Iya, Bu. Tolong ibu temui dia dulu. Nanti Ayu nyusul, Ayu mau ganti pakaian dulu""Oke", Ibu menuju ke ruang tamu, ternyata sang Ayah sudah terlebih dahulu mempersilahkan Mas Bayu untuk masuk. Perbincangan serius mulai terjadi. Tak henti-hentinya sang Ayah mengucap kata "Maaf" hingga berkali-kali. Turut ikut menyambut pula sang ibu mengiyakan semua apa yang di katakan Ayah.Terlihat Mas Bayu yang datang dengan wajah cerianya itu berubah muram.
"Boleh Saya ketemu Ayu, Pak!", segera Bayu menuju kamar setelah sebelumnya sang Ayah mempersilahkan. Satu ketukan pintu Bayu tanpa menunggu jawaban langsung membuka pintu. Alangkah terkejutnya Bayu sebelum hendak Ia masuk, Ayu meneriakinya.
"Kurang ajar!! Belum jadi suami sudah berani-beraninya nylonong masuk!!!"Teriak Ayu kontan membuat lelaki bertubuh tambun itu panik.
"Maaf, Mas ngga tau", Bayu gugup, tak lama Ayah dan Ibu menghampiri Bayu yang seketika itu menutup pintu kamar Ayu lagi."Suruh pulang cowo brengsek itu, Bu!!! Ngga punya sopan santun!!!", teriak Ayu dalam kamarnya.Lagi, Sang ayah berulang mengucapkan "maaf", entah setan apa yang sudah merasuki Ayu. Sehingga dia tega terhadap Mas Bayu yang sudah menjadi calon suaminya itu.Tak lama kemudian, mas Bayu pamit. Kedua orang tua itu mengantarkannya sampai ke pintu halaman rumah. Sang ayah geram, namun beberapa kali Ibu menenangkannya. "Mungkin ini cobaan keluarga kita, Yah. Kita harus sabar", pelan suara ibu berusaha meredam amarah Ayah.Malam berlalu, bagi mereka malam itu adalah malam terpanjang yang pernah mereka alami. Itu lah hidup, kadang tidak sesuai dengan apa yang diharapkan.
Tiga bulan berlalu, setelah penantian itu wajah seorang Dinar tak lagi muncul. Jangankan datang, menelfon pun tidak. Dinar tak meninggalkan nomor ataupun alamat pada Ayu. hingga Ayu pun kesulitan untuk menghubungi Dinar.
Ayu terus menelongok ke celah-celah jendela kantornya. Jelas sudah, Dinar telah mempermainkan perasaannya. Sayang nasi telah menjadi bubur, Ayu tengah mengalami karma. Keputusan bodoh yang telah ia perbuat dengan membatalkan pernikahan dengan seseorang Bayu, kini selalu terngiang di pikirannya.
"Maafin Ayu, Mas Bayu. Ayu khilaf", beberapa kertas di mejanya setengah hapir Ia habiskan untuk mencoret kata "MAAF"
Kali ini Ayu benar-benar menyadari kebodohannya, membatalkan penikahan demi orang yang tidak jelas. Emosi sesaat waktu itu telah mengubah kebahagiaanya. Kini Ia menyesal,,,
Melihat teman sekantornya itu sedih, Rani sahabatnya mendekat. berusaha menenangkan Ayu yang masih mngguratkan penanya pada kertas-kertas yang telah memenuhi meja kerjanya.
"Sabar, Yu. Tak adil memang kalau penyesalah terjadi setelah kita melakukan kesalahan. Setidaknya tidak untuk dua kali", Rani mengambil kursinya lalu duduk disamping Ayu.
"Yu, berat Rani untuk bilang ke Ayu. Ada kabar, Mas Bayu tanggal 2 nanti akan menikah dengan orang lain. Gimana menurutmu..?!", Rani menggenggam tangan Ayu.
"Ya tuhan, begitu bencikah Kau kepadaku hingga Aku pun tak sempat memperbaiki kesalahanku", ayu menangis. Ia pun memeluk sahabatnya itu.
"Tolong Aku, Ran. Aku hanya ingin bahagia. Dan kini pun Aku tak tau harus berbuat apa. Aku menyesal", ayu terisak dalam tangisnya.
"Lho, memangnya Mas Dinar kemana?, bukanyya Kau menggagalkan rencana pernikahanmu demi Mas dinar?!", tanya Rani pada Ayu yang masih terisak memeluknya.
"Ngga ada kabar, Ran. Aku menyesal!"
"Tidaaaaaakkk!!!!!", Ayu berteriak, berlari keluar meninggalkan ruangannya. Sejenak suasana kantor menjadi galau. Ayu terus berteriak tanpa memperdulikan siapa saja yang ada disekelilingnya. Dan tentunya orang-orang yang sedang berada dalam kantor itu pun menjadi ketakutan. Ayu terus berteriak-teriak, hingga saatnya satpam yang tengah berjaga menyuruhnya untuk diam dan masuk ke ruangan pimpinan karena telah membuat gaduh dan sebagian pengunjung yang tengah mengantri menuju teller pun berlarian ketakutan.
Ayu di papah menuju ruang tengah dengan salah satu satpam itu pun masih berusaha menutup mulut Ayu yang masih mencoba untuk teriak.
"Istighfar, yu!!", Rani berusaha menenangkan Ayu yang nampaknya sudah kehilangan kesadarannya. Tatapan matanya kosong, seolah-olah Ia beusaha mengenali satu per satu orang-orang yang ada di sekelilingnya. Dengan wajah yang terlihat panik, Rani menuju ruangan pimpinan untuk meminta izin mengantar Ayu pulang walalupun masih dalam jam kerjanya.
Cinta memang bisa membuat kita tak berakal
Namun, banyak dari mereka cinta itu "Unpredictable"
kebaikan dalam dirinya terkalahkan oleh nafsu
Oleh karenanya, Cintailah Cinta
hingga nantinya Kau akan menemukan kebahagiaan
Bukan seperti cinta sesaat seperti di Lubuk Linggau
Itu bukan CINTA
end
Luph 02.00pm in one of yield @Linggau's Hills
No comments :
Post a Comment