"Jikalau telah datang,
waktu yang dinanti~
kupasti bahagiakan dirimu seorang"
naif
lantun sendu lagu naif-jikalau terdengar ditengah kerumunan orang-orang di stasiun malam itu.
Malam semakin larut, Bayu tengah asyik memainkan hapenya. Mungkin hanya itu yang bisa membunuh kejenuhannya kala menunggu Imel yang sebentar lg tiba dari Jakarta itu.
"Puiiiit..." petugas membunyikan peluitnya. Isyarat ke masinis bahwa masih ada calon penumpang yang masih mengantri di loket tiket. Selang tak begitu lama penumpang pun habis terbawa. Hingga bunyi lonceng kereta Bisnis dari Jakarta sebentar lagi memasuki stasiun. Kereta pun berangkat meninggalkan stasiun cinta itu. Gelisah, Bayu hanya memandangi isi pesan dari Imel 2 hari lalu.
"Yu, jemput gw jam 2 pagi. Tar gw hubungi lagi... Luph"
Skroll hape atas bawah selalu Bayu mainkan. Nampak senyum Bayu melihat isi pesan dari gadis pujaannya itu.
"Ting...Tong" bunyi bel dan Bayu pun hanya terengah kereta Imel sebentar lagi memasuki stasiun.
Dahi mengernyit kala Bayu heran melihat Imel dengan paras cantiknya turun dari kereta dengan mata berkaca-kaca.
"Yu, aku bingung. Ntah kenapa aku ini. Aku bodoh" Ujar Imel yang tiba-tiba memeluk Bayu di depan cafe tempat Bayu memesan kopi.
"Kenapa, Mel?", tanya bayu terheran.
Malam semakin dingin, dua insan terlagu dalam suasana riuhnya stasiun di pagi itu. Bayu hanya bisa mendengar cerita Imel serta tangan lembut gadis itu ia genggam erat.
"Aku bingung, aku sayang kamu, Yu. Kenapa kamu ga peka dengan perasaanku? Selama aku mengenalmu, tak pernah secuil kata Sayang terucap dari mulutmu". Terang Imel memandang lelaki berwajah wagu itu.
"Rifki melamar ku, Yu!!!", ucapan imel kontan membuat Bayu kaget.
"Bukannya dia selalu mengekangmu, Mel?? Jujur selama ini aku capek selalu mendengarkan curhatanmu itu. Selalu tentang Rifky yang kamu bilang cemburuan lah, kasar, gak boleh ini itu". Ujar Bayu mengeringkan ungkapan Imel yang seolah menyalahkan Bayu.
"Oke, Kamu sayang Aku ngga?!", Imel menantang
"Kalo tidak, terpaksa aku balik ke Jakarta lagi saat ini juga untuk menerima lamaran Rifky", lanjut Imel menegaskan.
Mmm... Pilihan, hidup memang harus memilih. Hanya saja manusia tak tau mana pilihan terbaik baginya. Begitupun juga Bayu, ia menyadari kekurangan yang ada pada dirinya. Mungkin itu lah kekurangan Bayu. Setiap ia dihadapkan pada suatu masalah. Ia teringat pada harapan keluarganya, harapan-harapannya. Begitu berat beban yang ada di pikirannya hingga Bayu pun memutuskan untuk menghindari masalah.
Imel hanya bisa diam, menunggu sebuah jawaban dari Bayu.
"Maaf, Mel. Aku ngga bisa. semoga Rifky mau berubah. Dia kaya dan emang pantas buatmu", sorot mata tajam terpancar dari tatapan Imel. Tak urung air mata terus mengalir membasahi pipi wajah cantik itu.
Yah, pilihan. Dan itu keputusan yang Bayu keluarkan, yang tentunya membuat hati Imel terkoyak.
Bel berbunyi. Kereta memasuki setasiun. Imel pun pamit menuju kereta yang tak tau arah tujuannya itu. Yang ada di pikirannya adalah untuk segera meninggalkan Bayu.
Bayu terpaku, rasa menyesal, bimbang menghantui perasaannya kini.
Hingga akhirnya, sesaat kereta melaju, Bayu berlari menuju kereta. Terlambat sudah, kereta telah berjalan. Terpaksa Bayu harus mengikuti kereta kan membawanya. Bayu menelusuri gerbong, sampai akhirnya ia melihat gadis yang tengah sendiri di bordes kereta...
"Mel, ini sih kereta kemana?? Aku belum beli tiket hehe"
kontan, raut muka gadis cantik itu terpukau tak percaya. Bayu pun memeluk Imel.
"Maafkan aku, Mel. Aku tak mau jauh darimu", Bayu terisak.
"Makasaih, Say....Mmmm by the way, Aku juga ga tau ini kereta mau kemana dan aku juga belum beli tiket hahaha..."teguk Imel merasaka hangatnya pelukan Bayu.
Haha... Terasa sudah, kepedihan sudah tak terlihat tapaknya. Dua insan manusia itu seperti tak mau melepaskan pelukannya...
Pagi yang indah....
04.17 wib, 02 July 2009 @ Stasiun Cinta
Nanang Grande
No comments :
Post a Comment